Friday 14 November 2014

Kenapa dan Kamu



Ini bukan tanpa alasan.
Bahkan aku punya dalil yang menopang.
Semua itu berawal ketika aku mencoba mencari tepi
Sebuah hal yang aku yakin akan cepat berakhir
Seperti labirin otak dengan ujung abstrak nan eksotis
Setiap langkah aku biarkan begitu saja
Tanpa aku menghardik seperti ayah yang lapar.
“kamu harus kesini nak...kamu harus ini nak”.
Tidak...bukan...tak akan pernah...
Tapi kenapa...?
Setiap sisi yang terlihat dari kedua mata ini...hanya kamu...
Sampai  aku sadar bola mataku ini tak bersisi
Apa itu yang membuatnya berputar semaunya
Tapi kenapa?
Ia lagi...lagi berputar ke arahmu...iya...kamu...
Seperti tak ada lagi hal yang akur dengan pupil ini...
Sebenarnya tak masalah untuku...
Hanya saja pupil selalu mengirimu menuju pusat otak
Yang perlahan menghardik hati
Yang kembali coba aku melawan...
Tapi kenapa?
Ketika sebelumnya aku yakin
Langkkah kaki ini segera berakhir pada tepi yang tepat
Yang terlihat hanya kembali pada ujung yang sama...
Iya..kamu...
Entahlah...
Sekarang aku lebih senang dan ingin menikmati lelah...
Lelah yang menurutku masih bisa
membuat dua katup bibirku
tertarik beriringan dan bersamaan
menyimpulkan sebuah senyum dengan satu tujuan...
iya kamu...

0 comments:

Post a Comment