Thursday 26 September 2013

PHOBIA BASKET


“Basket”.beberapa kata spontan muncul diantara sela-sela otak keras lo ketika telinga ngedenger olahraga ini. pertama”keren”, sudah hampir pasti setiap anak ABG atau akil balig baru keluar kumis memilih basket sebagai salah trending topic yang harus dipilih. Faktanya stand ekskul basket ketika bazaar extra selalu ramai dikunjungi siswa-siswa baru. Entah karena ada para senior yang tingkat kekerenanya mencapai level 10 sebagai penjaga stand atau dia sekedar mampir sambil bilang”olahraga basi!”menyadari tinggi tubuh kotor yang tak mencapai angka 155 cm. level keren cowok akan menigkat drastic ketika berhasil menjadi pemain inti tim basket sekolah. Beratus pasang mata cewek nggak pernah absen melihat aksi memantul-mantulkan bola yang sekarang baru gue sadari bahwa anjing laut lebih ahli dalam hal ini.”argh…erg…uh…”.teriakan itu selalu mengiringi ketika cowok ganteng atlet basket berhasil memasukan bola ke jarring. Mungkin juga teriakan itu akan berganti”bunuh bunuh bunuh!”ketika gue yang berhasil menyarangkan bola itu ke jaring tim gue sendiri. Fakta yang sangat menyedihkan adalah gue satu-satunya cowok akil baligh ahli basket sekaligus main gitar yang sama sekali tidak digandrungi cewek.( muka melas elastic ).
“Shit”.kata-kat itulah yang pasti muncul dari mulut gue ketika mengingat ingat olahraga basket. Meskipun gue ngefans sama yao ming, o’neil, james, dan bryan serta Houston rockets dan nggak pernah telat ngelihat streamingnya, faktanya hingga sekarang ini gue nggak pernah dan nggak akan mau diajak bermain basket sekalipun Luna Maya yang ngajakin bahkan dengan alasan apapun atau disogok dengan beberapa lembar duit goceng dan beberapa bungkus martabak telor special. Buat gue main basket sama aja kayak ketemu mantan pacar gandengan sama pacar barunya secara tiba-tiba dan nyapa kita dengan wajah tanpa dosa. Sakit ini begitu membekas di hati gue, sakit karena basket, gue sakit hati sama basket dan gue gagal move on dengan basket di tahun ke 7 move on ini.
Semua berawal ketika gue masuk disalah satu smp favorit sebagai murid baru. Bocah kecil 13 yang kala itu belum memiliki pendirian kuat akhirnya tertarik juga mendatangi stand ekskul basket pada waktu bazaar extra setelah MOS. Gue, Rengga dan bernad temen baik gue memutuskan untuk mengikuti ekskul ini mengusung satu tema yang sama yaitu untuk segera mendapatkan first love, sedikit ralat khusus untuk Rengga dia ikut basket karena ingin menambah tinggi badanya yang saat itu masih berkutat diangka 140 cm dan tidak lebih dewasa dari anak kelas 3 SD dengan wajah unyu serta celana pendek yang sering terkotori oleh pipisnya.
Paradigma tentang basket adalah olahraga keren semakin kuat ketika gue hadir untuk latihan pertama bersama teman-teman lainya. Latihanya adalah setiap jumat dan minggu pukul 4 sore bersamaan dengan itu cheerleders di waktu yang sama. Latihan sore itu terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok anak baru dan kelompok tim inti senior. mata gue terfokus pada kakak-kakak senior tim inti basket yang terlebih dahulu memainkan game singkat 3 on 3. semua dari mereka hampir pasti memiliki predikat keren karena menurut gue definisi keren waktu itu adalah menggunakan sepatu basket model terbaru segede apv boot, celana kendor kedodoran dengan pantat sedikit kelihatan, ikat kepala seakan kepala mau pecah, atau deker ditangan sebagai gantinya dan keringat mengalir deras dari ketek semakin membuat mereka terlihat garang. Gue bisa bilang kaya gitu karena semua kakak-kakak senior tim basket gue berpenampilan seperti itu hanya saja berbeda warnanya ada yang merah Houston rocket, biru Miami heat atau pink seperti power ranger pink dan terbukti hal itu dapat membuat cewek cheerleders histeris menjerit”arg..urh….arh”mulut menganga dengan air liur mengalir deras. Mulai saat itu gue semakin bertekad keras untuk menembus tim inti basket dan membuat cewek yang melihat gue teriak histeris ketakutan”setan..setan!”. sebagai anak baru yang latihan sore itu dan juga gue terpaksa menjadi anak bola dadakan jika sewaktu-waktu bola basket terlempar jauh. Keren!
 Sudah hampir dua bulan gue ikut ekskul basket, banyak kemajuan juga yang gue alami antara lain  gue sudah punya sepatu basket segede ban truk dan tidak lagi memakai sepatu futsal untuk basket, gue sudah punya kostum basket dengan kolor longgar selutut, serta kaos potongan v neck dengan ketiak menjulur setelah sebelumnya terpaksa pake singlet bokap dan celana senam nyokap. Tetapi faktanya hingga saat itu gue belum berhasil membuat cewek histeris ketika ngelihat gue latihan, bahkan yang ada gue malah diusir dengan tidak hormat ketika mendekat pada segerombolan cheerleders dengan ketek basah keringat memancar.”ih..bau ketek”.saat itu juga gue dendam.”awas kalau gue sudah keren, gue rangkul pakek keketek basah gue dan ngelap rambut lo pakek keringat jijik ini!”.
Sampailah gue pada momen yang membahagiakan yaitu gue berhasil masuk daftar tim reserve ( cadangan resmi ) yang pada latihan kali ini akan diadu melawan tim inti senior. gue berasa seperti mendapat nyawa baru dan suntikan berlebih karena kali ini nggak hanya tim cheerleders yang ngelihat tapi anak-anak cewek kelas satu, dua, tiga atau bahkan yang sudah berpuluh-puluh tahun sekolah disini boleh hadir ikut melihat langsung dilapangan. Gue berusaha terlihat sekeren mungkin sore itu. kostum baru houston rockets, ikat kepala merah dan deker merah yang masih bau wangi toko sengaja gue beli untuk pertandingan ini. sebelum berangkat gue mandi 3x keramas 3x lalu menambahkan blueband untuk memberikan kesan berkilau pada rambut gue tak lupa juga cium tangan orang tua agar nanti berhasil membuat cewek histeris.
Benar saja. Segala persiapan gue ini membuahkan hasil, baru saja gue markirin sepeda BMX disamping lapangan basket, banyak mata cewek tertuju ke gue. gue sudah bisa tebak apa yang mereka katakana dalam hati ”ini ondel-ondel siapa lepas”. Sore itu gue dan bernad masuk starting line up sementara Rengga bernasip sedikit lebih buruk karena hanya menghangatkan bangku cadangan memegangi air mineral kardus. Gue dan Bernad seperti pasangan guard yang serasi terlihat seperti James dan O’neil karena badan bernad 2x lebih gendut dari gue.
“Fokus sama Wira, selalu jaga pergerakanya”. Itu instruksi terakhir dari pelatih yang tak lain adalah guru olahraga gue yaitu pak nanang untuk gue dan Bernard karena kita berdua berposisi sebagai guard atau palang pintu pertahanan. Hal ini dipilih karena memang saat itu gue dan Bernad yang paling garang diantara teman-teman lain. Gue berjenggot dan berbulu dada, sementara Bernad berbadan segede kingkong. Wira adalah kakak kelas dua. Dia center tim inti basket sekolah jadi pergerakanya patut diwaspadai.
“plliiitttt…..”.tiupan peluit memulai pertandingan sore itu. beberapa menit pertandingan berjalan Wira sudah berhasil mencetak 6 point melalui dua three pointnya. Pelatih gue terus berteriak.”press…jangan biarkan dia punya ruang tembak”.tapi apa daya tinggi gue hanya sebatas ketek Wira sehingga dia selalu berhasil lolos dari penjagaan gue karena setiap gue mencoba press dia, hidung gue selalu bersentuhan langsung dengan ketek lebat menjijikanya jadi daripada gue cuci muka dengan keringat keteknya, gue lbih milih menjauh membiarkanya memasukan point. Sementara Bernad sama sekali tidak bisa diharapkan karena baru 2 meter berlari nafasnya sudah putus kaya kakek-kakek sprint. Kuarter pertama tersudahi dengan skor 12 – 0. Dan gue harap Wira akan diganti dengan center yang jauh lebih pendek, atau kalau nggak gitu gue diijinkan pakek high heels 25 cm agar ketek gue bisa menggapai hidung Wira untuk balas dendam!.
“press terus fiq, kamu jangan takut dengan pemain yang lebih besar dari kamu, pede aja, kamu hantam aja”. pelatih gue begitu menggebu-gebu memberikan instruksi tanpa tahu fakta yang sebenarnya di lapangan. Keselamatan paru-paru gue dari ketek Wira jauh lebih penting daripada kemenangan tim”itu prinsip gue!” dengan sedikit anggukan pasti mengiyakan pelatih. Satu kenyataan lagi yang membuat gue kurang bergairah adalah belum ada sama sekali cewek yang meneriakan nama gue selama quarter pertama berlangsung. Gue mulai berfikir apakah kerah v neck ini perlu diperlebar hingga pusar gue kelihatan atau  celana gue lebih diplorotin lagi sehingga pantat sempurna gue bisa terlihat oleh cewek penjual suara?Hina!.
Quarter kedua dimulai, semangat gue sudah mulai menurun ketika Wira memasuki lapangan diiringi sorakan cewek-cewek penjual suara.”Sial!kenapa belum diganti ini pemain”. Baru beberapa menit berjalan pelatih gue meminta tim out. Terjadi perubahan strategi dimana ini kabar baik buat gue karena gue ditempatkan posisi baru bersamaan dengan Rengga yang menggantikan Yogi serta Joko masuk sebagai guard menggantikan Deni. Mungkin pelatih gue berfikir Rengga akan menjadi target man sementara gue disuruh menyamar sebagai banci feminism mempesona menarik perhatian guard tim lawan sehingga Rengga dapat leluasa mencetak point demi point. Strategi ini terbukti jitu, tim gue nggak lagi 0 point melainkan sudah bisa mengejar hampir setengah ketertinggalan dengan skor 16 – 8 setelah Rengga berhasil memborong semua point. Tanpa gue duga penderitaan kembali berawal ketika Wira munudur kebelakang mendadak berubah posisi menjadi guard. Secara otomatis gue akan berhadapan dengan ketek hina Wira, Hash!
 “up, up, semangat jangan mau kalah”. Teriakan dari pelatih gue inilah yang membuat gue tetap dengan semangat juang tinggi. Sesekali gue melihat sekeliling melihat respon cewek cheerleders berkoar.
“ini, fiq”. Rengga mengoper keras bola setelah berhasil mengelabuhi Wira. Gue berlari secepat mungkin segera menghindari hadangan guard lawan yang tertinggal jauh. Ini momen gue untuk mengambil hati para cewek. Dengan yakin gue mulai melompat, satu kaki di udara dan satunya laki beranjak dari tanah hendak melakukan lay-up indah layaknya tracy mcgraady.
“sroottt…..,bruak..”….
“Arghhh…….”.sebuah tarikan kencang dicelana membuat gue tersungkur gagal melakukan lay-up diiringi jeritan bahkan tangisan dari cewek. Sebuah kemajuan buat gue. tangan gue mulai meraba pinggang gue yang teramat sakit setelah mengalami benturan yang cukup keras dengan tanah, bahkan mungkin posisi pinggang gue sudah pindah di dengkul.
“hash….”.gue begitu terkejut ketika tangan gue merasakan rabaan di daerah pantat begitu terasa tanpa alas sama sekali. Mata gue perlahan menengok kebawah.”Sial!”.pantat sempurna gue terlihat sempurna setelah mendapati kolor celana sudah berada di mata kaki. Seluruh cewek cheers leders menutupi pandanganya dari sesuatu Hina ini meskipun sesekali mereka masih melirik. Jarum urat malu gue sudah berada dititik merah dimana sebentar lagi akan putus. Perlahan gue mengembalikan kolor keposisi semula sambil memberikan kode meminta pergantian pemain. Bernad masuk menggantikan gue yang masih berkutat memegangi daerah pantat yang teramat sakit. Keberanian gue untuk hidup esok hari patut dipertanyakan. Pelatih gue hanya bisa tertawa melihat kejadian ini.
Tak lama kemudian Wira juga ditarik keluar. Dia mendekati gue mengulurkan tanganya meminta maaf dengan wajah tak berdosanya.”maafin gue yaa, tadi terlalu over”.gue hanya bisa menggumam membalas dalam hati.”kalau badan lo nggak segede great khali gue udah remukin tuh muka!shit!”.
Harapan gue pun terwujud setelah keesokan harinya menjadi trending topic perbincangan hot para cewek-cewek elite sekolah, atau organisasi wanita penjual suara dan ababil. Setiap gue lewat mereka memandang gue dengan senyum geli, jijik, bahkan ada juga yang secara terang-terangan bilang”ih pantat kamu unyu ya”.gue pun Cuma bisa menundukan kepala mengeheningkan cipta sembari memegangi pinggang yang masih bengkak yang terpaksa membuat gue susah boker karena nggak bisa jongkok. Untung masih ada pispot bekas kakek gue dikamar.
Sebuah titik klimaks, karena sejak saat itu gue trauma dengan basket. Melihat bola, ring, lapangan layaknya melihat mantan yang baru putus itu yang membuat gue tiga tahun sekolah smp selalu berangkat sekolah lewat pintu belakang. Kejadian itu juga yang membuat gue sedikit terhambat mendapatkan first love, membuat gue jadi contoh setiap pelajaran biologi. Dan membuat banyak orang bernasehat yang sama untuk gue”lain kali jangan lupa pakek kolor ya”. Segala yang berhubungan dengan basket gue tinggalin total berharap menghapus trauma begitu mendalam tentang adegan pantat didepan anak-anak. Gue juga harus menghadapi kenyataan bahwa setahun kemudian Rengga dan Bernad berhasil masuk tim inti basket sekolah dan namanya diteriakin banyak cewek dan gue masih gagal move on dengan adegan itu.
Setelah hampir 5 tahun lulus SMP dan beranjak menjadi Mahasiswa gue mendapati perkataan yang sama. Kemarin baru saja gue reuni bareng temen-temen SMP. Beberapa kenyataan pahit yang gue terima adalah pertama gue harus ikhlas kalau sekarang Rengga sedikit lebih tinggi dari gue entah karena bantuan susu boneto atau renang setiap senin kamis, Bernad terlihat lebih ganteng dari gue setelah berhasil menguruskan badanya entah dengan sedot lemak atau papaun itu dan yang paling pahit adalah dialog gue dengan beberapa teman-teman cewek.
“eh, apa kabar?”.gue mencoba terlihat seramah mungkin.
“maaf siapa ya?”.mereka memasang wajah asing.
“masak nggak inget sama gue, gue Rofiq”. Dengan gaya sok asyik.
“oh, Rofiq yang pantatnya kelihatan waktu basket itu”.sahut salah satu dari mereka yang seketika ingin membuat ngejedotin kepala ini kepohon biar amnesia. Begitu kental ternyata kejadian itu diingatan mereka bahkan mereka menggunakan kata kunci pantat untuk mengingat gue berarti mereka lebih sayang dengan pantat gue sebagai teman dari pada gue sebagai teman.
“jangan lupa pakek kolor ya, ini udah makek kan?”.tetap nasehat yang sama dengan 5 tahun yang lalu. gue hanya bisa tertunduk dan secepat mungkin meninggalkan sekelompok wanita dewasa itu.

Pesan moral yang bisa diambil dari cerita ini adalah.”jangan lupa pakek kolor ya, selagi lo masih mampu beli kolor, kalau lo udah nggak mampu, beli aja ditanah abang 10.000 dapet tiga dengan tingkat ketebalan kain 0,001 mm.”.terima kasih!. 

7 comments:

  1. Info aja, pemain cadangan itu keren.

    ReplyDelete
  2. kalo cheers cowok gimana bro?keren nggak?mwehehehe

    ReplyDelete
  3. kalo ini mah bukan phobia bang, ini semacam tekanan batin
    gue dulu pas masih jadi anak basket juga pernah ngalamin beberapa hal menyeramkan yang bisa mengganggu ketentraman hati gue, salah satunya masalah cewek *lah malah curhat*
    tapi gue masih tetep ngejalanin rutinitas basket gue :v

    ReplyDelete
  4. iya bro, setiap gue basket selalu inget insiden itu bro...semoga temen-temen gue nggak ada yang ngalamin kejadian termasuk elo bro.hehe

    ReplyDelete
  5. Muahahah fiq..fiq.. Pantat lo bahkan lebih terkenal dari pada elo sendiri.. Fukfukfuk..

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe. ya kali aja temen-temen mau pacaran sama pantat gue broh..hehe

      Delete