Itu Bukan Puisi tapi Surat Cinta!

Cinta menghampiri gue untuk pertama kalinya ketika gue masih duduk di kelas 6 SD. Tapi, ini belum bisa gue kategorikan sebagai cinta pertama soalnya masih gagal dalam proses nyatainya. Waktu itu gue suka sama temen sekelas, sebut saja si Tiara. Entah bagaimana cara penafsiran gue tentang cinta waktu itu yang jelas kata-kata cinta pas digunakan untuk mengungkapkan perasaan gue yang selalu seneng ngelihat Tiara, selalu bikin gue ngejambul rambut dua kali lebih tinggi setiap mau berangkat sekolah, selalu ngebayangin maen ps volley pantai sama dia, selalu pengen ngajak dia maen ding-dong. Itulah yang gue tafsirkan dan pahami sebagai cinta kala itu. setelah konsultasi dengan salah satu sahabat gue yaitu Rendi, dia bilang gue harus bilang”aku menyukaimu”ke Tiara kalo memang benar-benar suka. Masalah utama yang gue rasain saat itu adalah kurang pede karena penampakan gue waktu kelas 6 SD adalah seorang bocah tanpa leher dengan pantat di pipi dan ketek pindah di mata. Dengan tinggi Cuma 150cm berat gue mencapai 60 kg. entahlah dari mana gue dapat titisan bayi beruang albino seperti itu.

Gue mulai konsultasi tentang apa yang seharusnya gue lakuin ke Rendi. Dia nyaranin gue buat surat cinta kalo memang nggak berani nyatai secara gentle, oke! Akhirnya untuk pertama kalinya gue bikin surat cinta. Kira-kira isinya seperti ini.

Dear si manis (manusia apa kucing?)

Aku suka badan langsingmu ( baca:krempeng )

Aku suka kulit putihmu ( baca : Pucet )

Aku suka gigi kelincimu ( baca : Ompong )

Aku terus terbayang-bayang olehmu

Inginku mengajakmu berdua besama

Kita maen p.s volley pantai

Kita maen ding-dong

Kita makan batagor

Kita nonton ultraman bareng minggu pagi

Kita jalan berdua pakai baju power ranger merah

Juga power ranger pink

Kita maen bapak ibukan yuk?

“aku sangat menyukaimu”

Dari Rofiq untuk si manis

Surat cinta sukses terbuat. Waktu itu gue tulis surat cinta pada selembar kertas romantic bergambar hello kity yang gue dapet dari Rendi. Gue berniat ngasihin surat cinta ini ke bangkunya Tiara langsung sepulang sekolah biar besok pagi ketika dia datang langsung bisa membaca dan gue tinggal ngelihat ekspresinya. Semoga aja nggak dilempar kotak pensil. Ketika suasana sekolah sepi, diam-diam gue masukin surat ini ke bangkunya Tiara, berharap nggak ada satu orang pun yang lihat, dan sukses!, tinggal nunggu hasilnya.

Gue pulang dengan rasa penuh harap tinggi bercampur dengan penasaran. Ditemani si ceking ( sepeda BMX kesayangan gue ) otak ini terus terbayang Tiara. Mungkin ini yang dimaksud mabok? Anak sekecil itu udah mabok? Bukan, maksud gue mabok Cinta ( cieeiileeh ). Efeknya pun terbawa kental hingga rumah. Gue maen p.s taken pake Nina keingetnya Cuma Tiara aja jadi nggak tega mau mukul dan akhirnya kalah. Gue mau makan, minum, tidur, belajar dan boker pun inget Tiara jadi lancar bokernya. Jijik!.

Keesokan harinya gue berangkat sekolah dengan penuh pede. nggak lupa juga jambul gue naikin dua kali. kalo dilihat-lihat penampilan gue pagi itu kaya baby huey berjambul berbau amis. Gue penuh yakin kalau ekspresi yang diberikan Tiara positif. Gue masuk kelas pagi itu dengan perasaan malu-malu kucing, eh maksud gue malu-malu kingkong karena nggak mungkin ada kucing segede pantat gue. apalagi ternyata Tiara sudah terduduk rapi mengerjakan PR dibangkunya. Dari kejauhan gue terus mengamati Tiara, penasaran dengan ekspresinya setelah ngebaca surat cinta dari gue, apakah mulutnya akan berbusa sebentar lagi?tunggu tanggal mainya!. Dengan sabar gue menunggu, 10 menit…15 menit…tetep belum ada reaksi, yang ada malah guru bahasa Indonesia gue bu Nisa masuk kelas dan memulai pelajaran pagi itu.

“assalamu’alaikum, selamat pagi anak-anak J”.sapa bu Nisa ramah ditambah senyum cantik dari wajahnya yang mirip asmirandah ini, sayangnya dia udah punya suami van der sarr kipernya M.U.

“selammat pagi bu”.sahut anak-anak serentak yang sebentar lagi siap kesurupan dan membantai kelas.

“PR buat puisinya sudah dikumpulin semua kan? Ada yang kurang? Mau ngumpulin sekarang”.tanya bu Nisa menagih PR buat puisi.

“mampus gue!”.dari satu kelas yang belum bikin puisi Cuma gue. gue hanya diem berharap bu Nisa nggak berhasil mengendus keberadaan gue dibangku belakang.

“syukurlah kalo sudah, bu Nisa sudah punya satu puisi paling bagus diantara kalian nanti yang akan dibacakan terakhir, sekarang satu per satu dari kalian membaca puisi karya teman-teman yang sudah ibuk acak”. Bu Nisa mulai mencari-cari siapa gerangan yang akan pertama kali membaca. Gue mencoba nunduk agar pandangan bu Nisa nggak nemuin keberadaan murid biadab ini, tapi apa daya sabun cuci, badan segede kingkong gini sekalipun ngumpet dikulkas pasti akan ketahuan juga. Gue Cuma bisa pasrah berharap nggak ditunjuk maju pertama.

“Rofiq, maju ke depan! Kamu baca puisi karya Rendi yang berjudul Api”.benar sekali dugaan gue. karena mungkin yang terlihat jelas hanya gue. akhirnya terpaksa harus ngawalin perform puisi pagi ini. gue berjalan kedepan dengan penuh yakin.”hemmmmm…huuffff”.gue tarik nafas dalam-dalam, mengambil puisi karya Rendi yang berjudul”Api”.mungkin Rendi ngebuat ini ketika dia ngelihat Ultraman lagi ngeluarin mega mendungnya ke arah monster batagor. Sebuah puisi dari Rendi yang berisi tentang api, singkat padat dan jelas.

“Emmmhhhh…huffff”.kembali menarik nafas dalam-dalam.

“Api…”.mata berbinar-binar bersemangat pasti.

“Api menyala panas dan terang”. Dramastis berkoar-koar.

“Api mati dingin dan gelap, sekian -_-“.datar! tinggal nungguin lemparan sepatu, buku, kotak pensil, penggaris, penghapus, kolor teletubies dan kutang anak SD. Hanya ada dua orang yang tepuk tangan pagi itu, pertama bu Guru kedua Rendi, karena memang hanya sudut pandang Rendi yang berhasil menemukan kekerenan dari puisi 3 baris ciptaanya ini. anak itu benar-benar nggak bakat jadi pujangga.

Satu per satu anak-anak maju ngebacain karya temen mereka masing-masing yang kebanyakan kalo gue tarik kesimpulan mereka ngebuat puisi mereka masing-masing dengan setengah sadar. Karena puisi paling panjang dan keren hanya punya Tiara yaitu 6 baris berjudul “Teman”. Tibalah nungguin saatnya puisi terbaik yang pastinya akan dibacain Tiara karena hanya dia yang belum maju. Kali ini gue mulai pasang mata kotor, mengamati Tiara dengan seksama dan perlahan mengeluarkan cairan asem dari mulut!.

“beri tepuk tangan untuk Tiara yang akan membacakan puisi terbaik dari Rofiq berjudul”dear si manis”untuk kucing tersayangnya”. Gue tertegun ngedengerin apa yang bu Asmirandah eh maksud gue bu Nisa bilang. Karena gue sama sekali belum ngumpulin puisi, itu puisinya siapa?. Gue coba inget-inget judulnya sesaat.”shit!”kata-kata itu terucap setelah gue sadar bahwa itu surat cinta yang gue tulis kemaren untuk Tiara. Seketika gue berniat ngacir ke kamar mandi tapi berhasil digagalkan oleh Rendi. Akhirnya dengan merem melek gue ngelihat ekspresi wajah Tiara yang kelihatan excited banget dengan puisi sekaligus surat cinta buatan gue ketika boker membayangkan Tiara itu. tepuk tangan seisi kelas pun membahana setelah Tiara selesai membacakan puisi tersebut. pelajaran puisi ini pun gue berhasil ngedapetin nilai paling tinggi sekelas yaitu 90.

“Rofiq…sini maju dulu”.panggil Bu Nisa. Gue bergegas maju di depan mejanya.

“lain kali kalo mau ngumpulin puisi langsung ke ibu aja ya, jangan dititip-titipin, untung aja Tiara kemaren baik mau nganterin puisinya ke meja ibu”.jelas Bu Nisa.

Faktanya adalah ternyata waktu gue naruh puisi itu di dalam bangkunya Tiara, dia belum pulang. tapi masih bimbingan olimpiade sebentar, dan ketika dia kembali ke kelas mendapati tulisan yang dibawahnya ada signaturenya”dari Rofiq untuk si Manis” seketika itu juga Tiara ngira kalo itu puisi buatan gue untuk kucing kesayangan gue. Tolol!. kalau saja Tiara tahu sebenernya itu surat cinta untuk dia dan bukan puisi untuk kucing, pasti gue dapet first love lebih awal. Kenyataanya sampek sekarang gue nggak pernah ketemu lagi sama Tiara, terhitung udah 7 tahun. Kalau pun sekarang bertemu gue juga nggak yakin perasaan itu masih ada atau tidak! Pesan moral yang dapat diambil dari cerita ini adalah”kalau kalian punya perasaan dengan seseorang, nyatakanlah secara bijak dan laki-laki sebelum orang itu bener-bener hilang dari hadapan kalian, sekalipun itu homo!”.najis!.( kesurupan pujangga ).