“Basket”.beberapa
kata spontan muncul diantara sela-sela otak keras lo ketika telinga ngedenger
olahraga ini. pertama”keren”, sudah hampir pasti setiap anak ABG atau akil
balig baru keluar kumis memilih basket sebagai salah trending topic yang harus
dipilih. Faktanya stand ekskul basket ketika bazaar extra selalu ramai
dikunjungi siswa-siswa baru. Entah karena ada para senior yang tingkat
kekerenanya mencapai level 10 sebagai penjaga stand atau dia sekedar mampir
sambil bilang”olahraga basi!”menyadari tinggi tubuh kotor yang tak mencapai
angka 155 cm. level keren cowok akan menigkat drastic ketika berhasil menjadi
pemain inti tim basket sekolah. Beratus pasang mata cewek nggak pernah absen
melihat aksi memantul-mantulkan bola yang sekarang baru gue sadari bahwa anjing
laut lebih ahli dalam hal ini.”argh…erg…uh…”.teriakan itu selalu mengiringi
ketika cowok ganteng atlet basket berhasil memasukan bola ke jarring. Mungkin
juga teriakan itu akan berganti”bunuh bunuh bunuh!”ketika gue yang berhasil
menyarangkan bola itu ke jaring tim gue sendiri. Fakta yang sangat menyedihkan
adalah gue satu-satunya cowok akil baligh ahli basket sekaligus main gitar yang
sama sekali tidak digandrungi cewek.( muka melas elastic ).
“Shit”.kata-kat
itulah yang pasti muncul dari mulut gue ketika mengingat ingat olahraga basket.
Meskipun gue ngefans sama yao ming, o’neil, james, dan bryan serta Houston
rockets dan nggak pernah telat ngelihat streamingnya, faktanya hingga sekarang
ini gue nggak pernah dan nggak akan mau diajak bermain basket sekalipun Luna
Maya yang ngajakin bahkan dengan alasan apapun atau disogok dengan beberapa
lembar duit goceng dan beberapa bungkus martabak telor special. Buat gue main
basket sama aja kayak ketemu mantan pacar gandengan sama pacar barunya secara
tiba-tiba dan nyapa kita dengan wajah tanpa dosa. Sakit ini begitu membekas di
hati gue, sakit karena basket, gue sakit hati sama basket dan gue gagal move on
dengan basket di tahun ke 7 move on ini.
Semua
berawal ketika gue masuk disalah satu smp favorit sebagai murid baru. Bocah
kecil 13 yang kala itu belum memiliki pendirian kuat akhirnya tertarik juga
mendatangi stand ekskul basket pada waktu bazaar extra setelah MOS. Gue, Rengga
dan bernad temen baik gue memutuskan untuk mengikuti ekskul ini mengusung satu
tema yang sama yaitu untuk segera mendapatkan first love, sedikit ralat khusus
untuk Rengga dia ikut basket karena ingin menambah tinggi badanya yang saat itu
masih berkutat diangka 140 cm dan tidak lebih dewasa dari anak kelas 3 SD
dengan wajah unyu serta celana pendek yang sering terkotori oleh pipisnya.
Paradigma
tentang basket adalah olahraga keren semakin kuat ketika gue hadir untuk
latihan pertama bersama teman-teman lainya. Latihanya adalah setiap jumat dan
minggu pukul 4 sore bersamaan dengan itu cheerleders di waktu yang sama.
Latihan sore itu terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok anak baru dan
kelompok tim inti senior. mata gue terfokus pada kakak-kakak senior tim inti
basket yang terlebih dahulu memainkan game singkat 3 on 3. semua dari mereka
hampir pasti memiliki predikat keren karena menurut gue definisi keren waktu
itu adalah menggunakan sepatu basket model terbaru segede apv boot, celana
kendor kedodoran dengan pantat sedikit kelihatan, ikat kepala seakan kepala mau
pecah, atau deker ditangan sebagai gantinya dan keringat mengalir deras dari
ketek semakin membuat mereka terlihat garang. Gue bisa bilang kaya gitu karena
semua kakak-kakak senior tim basket gue berpenampilan seperti itu hanya saja
berbeda warnanya ada yang merah Houston rocket, biru Miami heat atau pink
seperti power ranger pink dan terbukti hal itu dapat membuat cewek cheerleders
histeris menjerit”arg..urh….arh”mulut menganga dengan air liur mengalir deras.
Mulai saat itu gue semakin bertekad keras untuk menembus tim inti basket dan
membuat cewek yang melihat gue teriak histeris ketakutan”setan..setan!”.
sebagai anak baru yang latihan sore itu dan juga gue terpaksa menjadi anak bola
dadakan jika sewaktu-waktu bola basket terlempar jauh. Keren!
Sudah hampir dua bulan gue ikut ekskul basket,
banyak kemajuan juga yang gue alami antara lain
gue sudah punya sepatu basket segede ban truk dan tidak lagi memakai
sepatu futsal untuk basket, gue sudah punya kostum basket dengan kolor longgar
selutut, serta kaos potongan v neck dengan ketiak menjulur setelah sebelumnya
terpaksa pake singlet bokap dan celana senam nyokap. Tetapi faktanya hingga
saat itu gue belum berhasil membuat cewek histeris ketika ngelihat gue latihan,
bahkan yang ada gue malah diusir dengan tidak hormat ketika mendekat pada
segerombolan cheerleders dengan ketek basah keringat memancar.”ih..bau
ketek”.saat itu juga gue dendam.”awas kalau gue sudah keren, gue rangkul pakek
keketek basah gue dan ngelap rambut lo pakek keringat jijik ini!”.
Sampailah
gue pada momen yang membahagiakan yaitu gue berhasil masuk daftar tim reserve (
cadangan resmi ) yang pada latihan kali ini akan diadu melawan tim inti senior.
gue berasa seperti mendapat nyawa baru dan suntikan berlebih karena kali ini
nggak hanya tim cheerleders yang ngelihat tapi anak-anak cewek kelas satu, dua,
tiga atau bahkan yang sudah berpuluh-puluh tahun sekolah disini boleh hadir
ikut melihat langsung dilapangan. Gue berusaha terlihat sekeren mungkin sore
itu. kostum baru houston rockets, ikat kepala merah dan deker merah yang masih
bau wangi toko sengaja gue beli untuk pertandingan ini. sebelum berangkat gue
mandi 3x keramas 3x lalu menambahkan blueband untuk memberikan kesan berkilau
pada rambut gue tak lupa juga cium tangan orang tua agar nanti berhasil membuat
cewek histeris.
Benar
saja. Segala persiapan gue ini membuahkan hasil, baru saja gue markirin sepeda
BMX disamping lapangan basket, banyak mata cewek tertuju ke gue. gue sudah bisa
tebak apa yang mereka katakana dalam hati ”ini ondel-ondel siapa lepas”. Sore
itu gue dan bernad masuk starting line up sementara Rengga bernasip sedikit
lebih buruk karena hanya menghangatkan bangku cadangan memegangi air mineral
kardus. Gue dan Bernad seperti pasangan guard yang serasi terlihat seperti
James dan O’neil karena badan bernad 2x lebih gendut dari gue.
“Fokus
sama Wira, selalu jaga pergerakanya”. Itu instruksi terakhir dari pelatih yang
tak lain adalah guru olahraga gue yaitu pak nanang untuk gue dan Bernard karena
kita berdua berposisi sebagai guard atau palang pintu pertahanan. Hal ini
dipilih karena memang saat itu gue dan Bernad yang paling garang diantara
teman-teman lain. Gue berjenggot dan berbulu dada, sementara Bernad berbadan
segede kingkong. Wira adalah kakak kelas dua. Dia center tim inti basket
sekolah jadi pergerakanya patut diwaspadai.
“plliiitttt…..”.tiupan
peluit memulai pertandingan sore itu. beberapa menit pertandingan berjalan Wira
sudah berhasil mencetak 6 point melalui dua three pointnya. Pelatih gue terus
berteriak.”press…jangan biarkan dia punya ruang tembak”.tapi apa daya tinggi
gue hanya sebatas ketek Wira sehingga dia selalu berhasil lolos dari penjagaan
gue karena setiap gue mencoba press dia, hidung gue selalu bersentuhan langsung
dengan ketek lebat menjijikanya jadi daripada gue cuci muka dengan keringat
keteknya, gue lbih milih menjauh membiarkanya memasukan point. Sementara Bernad
sama sekali tidak bisa diharapkan karena baru 2 meter berlari nafasnya sudah
putus kaya kakek-kakek sprint. Kuarter pertama tersudahi dengan skor 12 – 0.
Dan gue harap Wira akan diganti dengan center yang jauh lebih pendek, atau
kalau nggak gitu gue diijinkan pakek high heels 25 cm agar ketek gue bisa
menggapai hidung Wira untuk balas dendam!.
“press
terus fiq, kamu jangan takut dengan pemain yang lebih besar dari kamu, pede
aja, kamu hantam aja”. pelatih gue begitu menggebu-gebu memberikan instruksi
tanpa tahu fakta yang sebenarnya di lapangan. Keselamatan paru-paru gue dari
ketek Wira jauh lebih penting daripada kemenangan tim”itu prinsip gue!” dengan
sedikit anggukan pasti mengiyakan pelatih. Satu kenyataan lagi yang membuat gue
kurang bergairah adalah belum ada sama sekali cewek yang meneriakan nama gue
selama quarter pertama berlangsung. Gue mulai berfikir apakah kerah v neck ini
perlu diperlebar hingga pusar gue kelihatan atau celana gue lebih diplorotin lagi sehingga pantat
sempurna gue bisa terlihat oleh cewek penjual suara?Hina!.
Quarter
kedua dimulai, semangat gue sudah mulai menurun ketika Wira memasuki lapangan
diiringi sorakan cewek-cewek penjual suara.”Sial!kenapa belum diganti ini
pemain”. Baru beberapa menit berjalan pelatih gue meminta tim out. Terjadi
perubahan strategi dimana ini kabar baik buat gue karena gue ditempatkan posisi
baru bersamaan dengan Rengga yang menggantikan Yogi serta Joko masuk sebagai
guard menggantikan Deni. Mungkin pelatih gue berfikir Rengga akan menjadi
target man sementara gue disuruh menyamar sebagai banci feminism mempesona
menarik perhatian guard tim lawan sehingga Rengga dapat leluasa mencetak point
demi point. Strategi ini terbukti jitu, tim gue nggak lagi 0 point melainkan
sudah bisa mengejar hampir setengah ketertinggalan dengan skor 16 – 8 setelah
Rengga berhasil memborong semua point. Tanpa gue duga penderitaan kembali
berawal ketika Wira munudur kebelakang mendadak berubah posisi menjadi guard.
Secara otomatis gue akan berhadapan dengan ketek hina Wira, Hash!
“up, up, semangat jangan mau kalah”. Teriakan
dari pelatih gue inilah yang membuat gue tetap dengan semangat juang tinggi.
Sesekali gue melihat sekeliling melihat respon cewek cheerleders berkoar.
“ini,
fiq”. Rengga mengoper keras bola setelah berhasil mengelabuhi Wira. Gue berlari
secepat mungkin segera menghindari hadangan guard lawan yang tertinggal jauh.
Ini momen gue untuk mengambil hati para cewek. Dengan yakin gue mulai melompat,
satu kaki di udara dan satunya laki beranjak dari tanah hendak melakukan lay-up
indah layaknya tracy mcgraady.
“sroottt…..,bruak..”….
“Arghhh…….”.sebuah
tarikan kencang dicelana membuat gue tersungkur gagal melakukan lay-up diiringi
jeritan bahkan tangisan dari cewek. Sebuah kemajuan buat gue. tangan gue mulai
meraba pinggang gue yang teramat sakit setelah mengalami benturan yang cukup
keras dengan tanah, bahkan mungkin posisi pinggang gue sudah pindah di dengkul.
“hash….”.gue
begitu terkejut ketika tangan gue merasakan rabaan di daerah pantat begitu
terasa tanpa alas sama sekali. Mata gue perlahan menengok
kebawah.”Sial!”.pantat sempurna gue terlihat sempurna setelah mendapati kolor
celana sudah berada di mata kaki. Seluruh cewek cheers leders menutupi
pandanganya dari sesuatu Hina ini meskipun sesekali mereka masih melirik. Jarum
urat malu gue sudah berada dititik merah dimana sebentar lagi akan putus.
Perlahan gue mengembalikan kolor keposisi semula sambil memberikan kode meminta
pergantian pemain. Bernad masuk menggantikan gue yang masih berkutat memegangi
daerah pantat yang teramat sakit. Keberanian gue untuk hidup esok hari patut
dipertanyakan. Pelatih gue hanya bisa tertawa melihat kejadian ini.
Tak
lama kemudian Wira juga ditarik keluar. Dia mendekati gue mengulurkan tanganya
meminta maaf dengan wajah tak berdosanya.”maafin gue yaa, tadi terlalu
over”.gue hanya bisa menggumam membalas dalam hati.”kalau badan lo nggak segede
great khali gue udah remukin tuh muka!shit!”.
Harapan
gue pun terwujud setelah keesokan harinya menjadi trending topic perbincangan
hot para cewek-cewek elite sekolah, atau organisasi wanita penjual suara dan
ababil. Setiap gue lewat mereka memandang gue dengan senyum geli, jijik, bahkan
ada juga yang secara terang-terangan bilang”ih pantat kamu unyu ya”.gue pun
Cuma bisa menundukan kepala mengeheningkan cipta sembari memegangi pinggang
yang masih bengkak yang terpaksa membuat gue susah boker karena nggak bisa
jongkok. Untung masih ada pispot bekas kakek gue dikamar.
Sebuah
titik klimaks, karena sejak saat itu gue trauma dengan basket. Melihat bola,
ring, lapangan layaknya melihat mantan yang baru putus itu yang membuat gue
tiga tahun sekolah smp selalu berangkat sekolah lewat pintu belakang. Kejadian
itu juga yang membuat gue sedikit terhambat mendapatkan first love, membuat gue
jadi contoh setiap pelajaran biologi. Dan membuat banyak orang bernasehat yang
sama untuk gue”lain kali jangan lupa pakek kolor ya”. Segala yang berhubungan
dengan basket gue tinggalin total berharap menghapus trauma begitu mendalam
tentang adegan pantat didepan anak-anak. Gue juga harus menghadapi kenyataan
bahwa setahun kemudian Rengga dan Bernad berhasil masuk tim inti basket sekolah
dan namanya diteriakin banyak cewek dan gue masih gagal move on dengan adegan
itu.
Setelah
hampir 5 tahun lulus SMP dan beranjak menjadi Mahasiswa gue mendapati perkataan
yang sama. Kemarin baru saja gue reuni bareng temen-temen SMP. Beberapa
kenyataan pahit yang gue terima adalah pertama gue harus ikhlas kalau sekarang
Rengga sedikit lebih tinggi dari gue entah karena bantuan susu boneto atau
renang setiap senin kamis, Bernad terlihat lebih ganteng dari gue setelah
berhasil menguruskan badanya entah dengan sedot lemak atau papaun itu dan yang
paling pahit adalah dialog gue dengan beberapa teman-teman cewek.
“eh,
apa kabar?”.gue mencoba terlihat seramah mungkin.
“maaf
siapa ya?”.mereka memasang wajah asing.
“masak
nggak inget sama gue, gue Rofiq”. Dengan gaya sok asyik.
“oh,
Rofiq yang pantatnya kelihatan waktu basket itu”.sahut salah satu dari mereka
yang seketika ingin membuat ngejedotin kepala ini kepohon biar amnesia. Begitu
kental ternyata kejadian itu diingatan mereka bahkan mereka menggunakan kata
kunci pantat untuk mengingat gue berarti mereka lebih sayang dengan pantat gue
sebagai teman dari pada gue sebagai teman.
“jangan
lupa pakek kolor ya, ini udah makek kan?”.tetap nasehat yang sama dengan 5
tahun yang lalu. gue hanya bisa tertunduk dan secepat mungkin meninggalkan
sekelompok wanita dewasa itu.
Pesan
moral yang bisa diambil dari cerita ini adalah.”jangan lupa pakek kolor ya,
selagi lo masih mampu beli kolor, kalau lo udah nggak mampu, beli aja ditanah
abang 10.000 dapet tiga dengan tingkat ketebalan kain 0,001 mm.”.terima kasih!.
Info aja, pemain cadangan itu keren.
ReplyDeletekalo cheers cowok gimana bro?keren nggak?mwehehehe
ReplyDeleteBlogwalking ...
ReplyDeletekalo ini mah bukan phobia bang, ini semacam tekanan batin
ReplyDeletegue dulu pas masih jadi anak basket juga pernah ngalamin beberapa hal menyeramkan yang bisa mengganggu ketentraman hati gue, salah satunya masalah cewek *lah malah curhat*
tapi gue masih tetep ngejalanin rutinitas basket gue :v
iya bro, setiap gue basket selalu inget insiden itu bro...semoga temen-temen gue nggak ada yang ngalamin kejadian termasuk elo bro.hehe
ReplyDeleteMuahahah fiq..fiq.. Pantat lo bahkan lebih terkenal dari pada elo sendiri.. Fukfukfuk..
ReplyDeletehehe. ya kali aja temen-temen mau pacaran sama pantat gue broh..hehe
Delete